Suasana dan lingkungan kampusku ternyata tak cukup puas aku nikmati selama 4 tahun. Setelah mengikuti wisuda, aku dan beberapa teman masih saja bercokol di sana, seliweran diantara unit-unit kegiatan mahasiswa. Ikut sibuk membantu kegiatan-kegiatan sampai kerja bakti bersih-bersih kantor. Selain mahasiswa, pihak kampus juga mengajak kami terlibat dalam penyelenggaran ujian semester sebagai pengawas. Untuk kesibukan yang satu ini, kami boleh sedikit bersenang hati karena sudah terbayang bakal punya uang saku dari honor sebagai pengawas. Tetapi satu hal pasti, selama satu minggu kami harus berpakaian rapih dan berdasi.
Ada dua ujian yang selalu diselenggarakan oleh kampusku, yaitu ujian semester dan ujian negara. Karena itulah dalam setahun selalu ada saatnya kita bisa saksikan para alumni berdasi.
Dasi menjadi penting dan wajib bagi para alumni yang bertugas sebagai pengawas ujian. Konon profesionalisme tercemin dari mereka yang berdasi. Atau paling kurang bisa mempertegas legalitas jabatan “pengawas”nya. Disamping itu dasi juga punya kemampuan memberi nilai tambah bagi kerapihan penampilan pemakainya. Dengan memakai dasi, bukankah kita harus memasukkan kemeja ke dalam celana? Dan bila kemejanya berlengan panjang, kita harus mengancingnya di ujung lengan. Lantas, ketika bertugas sebagai pengawas, kemeja berdasi dilarang berpasangan dengan celana jins atau sepatu basket.
Rektor kami pernah menekankan pada para alumni agar selalu mematuhi kewajiban berdasi saat bertugas dalam ruang ujian. Dalam kesempatan tatap muka menjelang ujian negara bulan Maret 1990, beliau berkelakar di tengah-tengah pengarahannya, “Lihat saya. Saya tidak begitu ganteng, kan? Tapi jadi kelihatan ganteng kalau pakai dasi.” Para alumni dan dosen tersenyum-senyum.
Penampilan memang punya sentuhan plus ketika disertai hiasan dasi di leher kemeja kita. Pelaksanaannya pun sebenarnya tidak terlampau sulit. Hanya perlu mengetahui cara mengikat dasi. Walaupun olah rasa juga diperlukan dalam pemilihan keserasian warna antara baju, celana, sepatu, dan dasi itu sendiri. Sebab, harus kuakui bahwa aku sendiri masih saja melihat ada pengawas yang dasinya kusut saat dilepas, atau memadukan kemeja putih bergaris-garis merah dengan dasi biru bermotif kembang warna-warni.
Tetapi kenyataan yang lebih bikin geleng kepala adalah bahwa masih ada juga pengawas yang tidak berdasi. Seorang teman alumni berbisik, “itu berarti dia sudah ganteng dari sananya!” ***